Saya baru sadar kalau bulan lalu belum nulis postingan !
Dan yang lebih bikin nyesek lagi, bulan kemarin itu buanyak
sekali pengalaman, petualangan seru dan hal-hal baru yang bisa ditulis. Tapi
kenapa? KENAPA? *garuk-garuk pohon pisang
Saya sepertinya gak cocok jadi jurnalis atau wartawan yang
bisa langsung nulis berita begitu sesuatu terjadi. Kalau saya: Ada acara hari
ini, nulisnya bulan depan, itupun paling cepet -_-. Ckckck.. bener2 gak bisa
diandalin…
Buanyak banget cerita bulan lalu. Ada reli kondangan, ada reli
photo dan gak ketinggalan, reli jalan-jalan...
Tapi sekarang saya bukan mau bahas itu dulu (nah kan, udah
sebulan lebih belum ditulis juga -_-). Saya mau bahas foto yang lebih luama
dari itu. Maksudnya biar gak teronggok di folder leptop. Hihi…
Memorable Corner
Saya mau cerita tentang halaman rumah. Nah lo, apa lagi tuh…
Halaman rumah saya di kampung sana punya banyak cerita. Bukan
cuma rumah kaget aja yang bisa berubah. Halaman rumah saya juga bisa. Well,
mungkin ceritanya gak se-drastis rumah kaget yang sehari semalam langsung jadi,
tapi ini punya cerita yang cukup panjang dan lama.
Setiap orang pasti pingin punya halaman rumah yang nyaman
dan bisa dinikmati bersama keluarga. Begitu juga rumah saya. Sewaktu kecil
halaman rumah saya luaas pake banget. Karena rumah kami dibangun agak kecil, di
belakang. Itupun rumah semi permanen yang sangat sederhana. Tapi jangan tanya
halamannya… saya bisa guling-guling di di rumput jepang yang dipelihara bapak,
bisa metik sesuka hati buah di halaman kalau memang lagi panen, bisa main air
di selokan tapi bersih di depan rumah kalau musim hujan datang. Dan masih
banyak lagi yang bisa dilakukan di halaman.
Tapi seiring waktu berlalu #tseh… perlahan keadaan berubah. Satu per satu pohon mulai ditebang. Pohon jambu
air yang tadinya ada tiga pohon, jadi satu pohon. Belum pembangunan rumah yang benar-benar total dirombak. Dan
itu memakan lahan yang tadinya taman. #sedih.
Akhirnya menyerahlah pohon jambu air yang satu-satunya masih
tersisa. ‘Peteng’ kata bapak. Artinya pohon itu terlalu membuat gelap suasana
rumah. Bapak ingin suasana yang lebih terang. Saya pasrah saja.
Kemudian pohon kelapa jadi sasaran. Dua-duanya di dua sisi
rumah. Ditebang habis. ‘Takut roboh kalau ada badai’ gitu katanya. Okelah kalo
gitu.
Waktu paving lagi booming di daerah saya, bapakpun mulai
memasang paving di depan rumah, kecuali di sekitar satu-satunya pohon yang
masih tersisa. Yaitu pohon rambutan. Katanya biar gak becek.
Dan yang membuat saya syok setelah lama tidak pulang dari
Jogja. Begitu saya pulang kampung suatu hari, saya melihat halaman, bukan..
sekarang bukan halaman lagi, tapi hanya lahan di depan rumah yang hampir semua
tertutup paving! Di mana pohon rambutannya?! TIDAK!!!
Pohon yang sering saya
naiki kalau pulang sekolah dulu, pohon dengan rambutan manis dan bisa
menghasilkan berkarung-karung kalau
panen. Dan saya dengan senag hati membagi-bagi dalam tas kresek kecil dan
kemudian saya bagikan ke tetangga. Sekarang sudah tidak ada.
‘Tetangga sebelah mau punya hajat’ begitu kata bapak. Biar
gampang nanti buat jagongan. Saya speechless.. Antara mau marah, tapi itu tidak
akan mengembalikan pohonnya.
Bagaimana keadaan halaman saya sekarang? Masih ber-paving,
dengan beberapa kelompok tanaman dengan polybag. Walau kecewa karena tidak
serimbun dan sesejuk dulu, tapi sekarang mulai tumbuh tunas baru, walau tidak
akan menyamai taman seperti dulu, tapi itu tetap halaman rumah saya. Alhamdulillah... :)
Suatu pagi di hari berlibur saya, pagi-pagi saya keluar
menuju halaman dan mengambil beberapa foto tanaman di halaman. Mungkin tidak
begitu bagus dan istimewa, tapi kita tidak tahu kapan tanaman itu akan berganti
mengikuti pergantian waktu kan? Saat saya bisa, saya akan mengabadikannya :)
Jangan heran, saya banyak moto clover, soalnya emang sukaa >.<
Semut juga doyan taneman, semut vegetarian ceritanya :p
bunga di tepi jalaan.. alangkah indahnyaaa...
lemon grass
rada misfocus, tapi tak apa :)
lagi santai bu?
Ini Judulnya Sock-Pink Fussion :)